Rabu, 31 Disember 2014

** MENYUCIKAN HATI **


Kebanyakan manusia akan melebarkan
senyumnya ketika ia dikaruniakan “kesenangan”
tetapi mengapa mereka tidak dapat mengukir
senyuman didalam menghadapi apa yang
dianggapnya “susah”. Sepatutnya jika manusia
tersebut boleh senyum lebar di kala senang
maka sebaliknya manusia tersebut boleh-lah
tersenyum simpul dikala susah.

( Lanjutan dari iman dan hati bag I )

Sabda Rasulullah s.a.w.
Artinya :
Di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah,
jika darah itu baik maka baiklah manusia
tersebuit dan jika darah itu kotor maka kotorlah
manusia itu. Sesungguhnya gumpalan darah itu
adalah hati.
Sesungguhnya manusia itu yang dinilai adalah
hatinya , semakin kotor hati manusia, maka
semakin jauhlah manusia itu dengan Allah s.w.t.,
sebaliknya semakin suci hati manusia, maka
semakin dekatlah Allah s.w.t. kepada dirinya,
hanya hati yang suci saja yang dapat membawa
manusia ke jalan makrifat dengan Allah s.w.t.
Karenanya menjadi tugas manusia yang ingin me-
matlumat-kan hidupnya untuk memakrifatkan
dirinya dengan Allah s.w.t. menyucikan hatinya,
sebab bila hati sudah suci maka timbullah pada
dirinya kasih kepada dirinya, kasih kepada Allah
s.w.t. dan kasih kepada Tuhan Semesta Alam.
Sesungguhnya hati yang kotor tidak mungkin
dapat membawa manusia kasih kepada dirinya
dan kasih kepada tuhannya apa lagi untuk
mengenal dirinya sendiri.
Sesungguhnya pembersihan hati itu untuk
membuka jalan agar manusia dapat mengenal
dirinya, karena tanpa mengenal dirinya maka
manusia tidak dapat memberikan kasih sayang
yang sebenar-benarnya kepada Tuhannya. Hanya
hati yang dikuasai oleh Allah sajalah yang bisa
memberikan peluang kepada manusia untuk
mengenali dirirnya dan Tuhanya.
Bila manusia mengenal dirinya maka barulah
muncul didalam dirinya suatu martabat hati yang
benar-benar kasih kepada Allah s.w.t.
Seperti firman Allah taala didalam al-Quran :
Artinya :
Mereka mengasihi diri mereka sebagimana
mereka mengasihi Allah.

Dan firman Allah taala lagi :
Surah Ali Imran ayat : 31

Artinya :

Katakanlah, jika kamu benar-benar menyintai
Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasishi.
Ingatlah !! hati yang kotor akan dikuasai oleh
iblis, hati yang kotor akan menjadi istana iblis
atau sebagai pemerintahan iblis yang akan
menjajah seluruh alam saghir yaitu tubuh kita.
Bila iblis menguasai kerajaan alam Saghir, maka
seluruh dasar pemerintahnya adalah bertujuan
untuk melalaikan kita dari mengingat kepada
Allah dan menjauhkan diri kita dari Allah s.w.t .
Semakin lama dibiarkan iblis menguasai kerajaan
maka selama itulah manusia tersebut jauh
dengan Allah. bahkan hanya akan membawa
manusia tersebut kelembah yang terhina disisi
Allah s.w.t.
seperti firman Allah taala didalam Al-Quran :
Surah ; Yusof ayat 5
Artinya :
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi manusia.
Bila syaitan dan iblis menjadi penguasa kerajaan
pada diri kita. Maka kita tidak mungkin sekali
dapat petunjuk dari Allah s.w.t dan justru itu juga
maka terhindarlah mata hati yang memberi sinar
makrifat kepada Allah s.w.t dan tinggalah kita
yang dikuasai syaitan dan iblis itu didalam
kegelapan hidup yang tidak menentu.
Untuk mendapat mata hati dan petunjuk dari
Allah s.w.t maka hati harus disucikan jika Allah
dapat berkuasa maka hatipun terus bertukar
menjadi pusat pemerintah Allah atau Istana Allah.
Seperti sabda Rasulullah s.aw.
Artinya :
Hati orang mukmin itu istana Allah.
Bila Allah beristana dihati maka terbitlah dan
muncul-lah mata hati (lampu makrifat) yang akan
memberi daya keyakinan yang mutlak dan
pegangan yang sejati terhadap sesuatu, walaupun
hal itu keluar dari jangkauan pemikiran manusia
itu sendiri disamping ilmu dan petunjuk dari
padanya.
Seperti firmaNya didalam Al-Quran
Surah Al- Baqarah ayat : 5
Artinya :
Mereka itulah mendapat petunjuk dari pada
tuhanya dan merekalah orang-orang beruntung.
Dengan mendapat mata hati yaitu mata basir ,
maka manusia akan mendapat cahaya (Nur
Kalbu) yang membawa manusia makrifat kepada
Allah s.w.t,. Sesungguhnya Nur Kalbu itulah
yang menjadi dasar kepada perjuangan proses
menyucikan hati. Kesucian hati pada peringkat
awal dapat diukur dengan berhasilnya ke-jaya-an
mendapat Nur Kalbu yang memancar pada lampu
makrifat ataupun mata batin.
Sesungguhnya mata basir akan terpancar apabila
hati bersih dan suci dengan Allah s.w.t dan
dengan adanya mata basir maka manusia bukan
saja dapat melihat sesuatu yang zahir tetapi
manusia tersebut dapat pula menyaksikan sendiri
sesuatu yang gaib dan keluar dari daya pemikiran
manusia dengan demikian perasaan kasih dan
keagungan yang mendalam terhadap Allah makin
bertambah kukuh dan tebal.
Dengan demikian manusia akan memberi segala
kasih sayang, cinta, rasa dan keagungan itu
hanya kepada Allah. Mereka tidak lagi
membagikan kasih sayang, cinta, rasa dan
keagungan itu kepada yang lain tetapi dengan
sesungguhnya timbul pada dirinya sifat –sifat
yang mencari segalanya untuk Allah Semata-
mata. Mereka tidak lagi akan membuat
pergantungan pada orang lain selain Allah dan
mereka juga tidak akan
minta pertolongan selain dari pada Allah, mereka
hanya mengharapkan untuk mendapat petunjuk
dan ilmu serta pertolongan dari Allah s.w.t
seperti yang pernah diberikan kepada Rasul-rasul,
Nabi-nabi, Aulia-aulia orang –orang yang
di…………….seperti Firman Allah didalam Al-Quran.
Surah: Al-Faatihah : ayat 4-7
Artinya :
Yang menguasai hari kebangkitan, kepadaNya
dibangkitkan dan kepadanya dimohon
pertolongan untuk mendapat jalan sebenarnya
yaitu jalan orang-orang yang diredhai dan bukan
jalan kesehatan .
Sesungguhnya mata basir itulah yang memberi
jalan petunujk kepada manusia itu, menghasilkan
suatu Nur (cahaya) yang bernama Nur
kalbu , nur inilah yang menghasilkan keyakinan
terutama pada suatu hal yang gaib.
Akan dilanjutkan…

Salam

Label:

** MENYUCIKAN HATI **


Kebanyakan manusia akan melebarkan
senyumnya ketika ia dikaruniakan “kesenangan”
tetapi mengapa mereka tidak dapat mengukir
senyuman didalam menghadapi apa yang
dianggapnya “susah”. Sepatutnya jika manusia
tersebut boleh senyum lebar di kala senang
maka sebaliknya manusia tersebut boleh-lah
tersenyum simpul dikala susah.
( Lanjutan dari iman dan hati bag I )
Sabda Rasulullah s.a.w.
Artinya :
Di dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah,
jika darah itu baik maka baiklah manusia
tersebuit dan jika darah itu kotor maka kotorlah
manusia itu. Sesungguhnya gumpalan darah itu
adalah hati.
Sesungguhnya manusia itu yang dinilai adalah
hatinya , semakin kotor hati manusia, maka
semakin jauhlah manusia itu dengan Allah s.w.t.,
sebaliknya semakin suci hati manusia, maka
semakin dekatlah Allah s.w.t. kepada dirinya,
hanya hati yang suci saja yang dapat membawa
manusia ke jalan makrifat dengan Allah s.w.t.
Karenanya menjadi tugas manusia yang ingin me-
matlumat-kan hidupnya untuk memakrifatkan
dirinya dengan Allah s.w.t. menyucikan hatinya,
sebab bila hati sudah suci maka timbullah pada
dirinya kasih kepada dirinya, kasih kepada Allah
s.w.t. dan kasih kepada Tuhan Semesta Alam.
Sesungguhnya hati yang kotor tidak mungkin
dapat membawa manusia kasih kepada dirinya
dan kasih kepada tuhannya apa lagi untuk
mengenal dirinya sendiri.
Sesungguhnya pembersihan hati itu untuk
membuka jalan agar manusia dapat mengenal
dirinya, karena tanpa mengenal dirinya maka
manusia tidak dapat memberikan kasih sayang
yang sebenar-benarnya kepada Tuhannya. Hanya
hati yang dikuasai oleh Allah sajalah yang bisa
memberikan peluang kepada manusia untuk
mengenali dirirnya dan Tuhanya.
Bila manusia mengenal dirinya maka barulah
muncul didalam dirinya suatu martabat hati yang
benar-benar kasih kepada Allah s.w.t.
Seperti firman Allah taala didalam al-Quran :
Artinya :
Mereka mengasihi diri mereka sebagimana
mereka mengasihi Allah.
Dan firman Allah taala lagi :
Surah Ali Imran ayat : 31
Artinya :
Katakanlah, jika kamu benar-benar menyintai
Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasishi.
Ingatlah !! hati yang kotor akan dikuasai oleh
iblis, hati yang kotor akan menjadi istana iblis
atau sebagai pemerintahan iblis yang akan
menjajah seluruh alam saghir yaitu tubuh kita.
Bila iblis menguasai kerajaan alam Saghir, maka
seluruh dasar pemerintahnya adalah bertujuan
untuk melalaikan kita dari mengingat kepada
Allah dan menjauhkan diri kita dari Allah s.w.t .
Semakin lama dibiarkan iblis menguasai kerajaan
maka selama itulah manusia tersebut jauh
dengan Allah. bahkan hanya akan membawa
manusia tersebut kelembah yang terhina disisi
Allah s.w.t.
seperti firman Allah taala didalam Al-Quran :
Surah ; Yusof ayat 5
Artinya :
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi manusia.
Bila syaitan dan iblis menjadi penguasa kerajaan
pada diri kita. Maka kita tidak mungkin sekali
dapat petunjuk dari Allah s.w.t dan justru itu juga
maka terhindarlah mata hati yang memberi sinar
makrifat kepada Allah s.w.t dan tinggalah kita
yang dikuasai syaitan dan iblis itu didalam
kegelapan hidup yang tidak menentu.
Untuk mendapat mata hati dan petunjuk dari
Allah s.w.t maka hati harus disucikan jika Allah
dapat berkuasa maka hatipun terus bertukar
menjadi pusat pemerintah Allah atau Istana Allah.
Seperti sabda Rasulullah s.aw.
Artinya :
Hati orang mukmin itu istana Allah.
Bila Allah beristana dihati maka terbitlah dan
muncul-lah mata hati (lampu makrifat) yang akan
memberi daya keyakinan yang mutlak dan
pegangan yang sejati terhadap sesuatu, walaupun
hal itu keluar dari jangkauan pemikiran manusia
itu sendiri disamping ilmu dan petunjuk dari
padanya.
Seperti firmaNya didalam Al-Quran
Surah Al- Baqarah ayat : 5
Artinya :
Mereka itulah mendapat petunjuk dari pada
tuhanya dan merekalah orang-orang beruntung.
Dengan mendapat mata hati yaitu mata basir ,
maka manusia akan mendapat cahaya (Nur
Kalbu) yang membawa manusia makrifat kepada
Allah s.w.t,. Sesungguhnya Nur Kalbu itulah
yang menjadi dasar kepada perjuangan proses
menyucikan hati. Kesucian hati pada peringkat
awal dapat diukur dengan berhasilnya ke-jaya-an
mendapat Nur Kalbu yang memancar pada lampu
makrifat ataupun mata batin.
Sesungguhnya mata basir akan terpancar apabila
hati bersih dan suci dengan Allah s.w.t dan
dengan adanya mata basir maka manusia bukan
saja dapat melihat sesuatu yang zahir tetapi
manusia tersebut dapat pula menyaksikan sendiri
sesuatu yang gaib dan keluar dari daya pemikiran
manusia dengan demikian perasaan kasih dan
keagungan yang mendalam terhadap Allah makin
bertambah kukuh dan tebal.
Dengan demikian manusia akan memberi segala
kasih sayang, cinta, rasa dan keagungan itu
hanya kepada Allah. Mereka tidak lagi
membagikan kasih sayang, cinta, rasa dan
keagungan itu kepada yang lain tetapi dengan
sesungguhnya timbul pada dirinya sifat –sifat
yang mencari segalanya untuk Allah Semata-
mata. Mereka tidak lagi akan membuat
pergantungan pada orang lain selain Allah dan
mereka juga tidak akan
minta pertolongan selain dari pada Allah, mereka
hanya mengharapkan untuk mendapat petunjuk
dan ilmu serta pertolongan dari Allah s.w.t
seperti yang pernah diberikan kepada Rasul-rasul,
Nabi-nabi, Aulia-aulia orang –orang yang
di…………….seperti Firman Allah didalam Al-Quran.
Surah: Al-Faatihah : ayat 4-7
Artinya :
Yang menguasai hari kebangkitan, kepadaNya
dibangkitkan dan kepadanya dimohon
pertolongan untuk mendapat jalan sebenarnya
yaitu jalan orang-orang yang diredhai dan bukan
jalan kesehatan .
Sesungguhnya mata basir itulah yang memberi
jalan petunujk kepada manusia itu, menghasilkan
suatu Nur (cahaya) yang bernama Nur
kalbu , nur inilah yang menghasilkan keyakinan
terutama pada suatu hal yang gaib.
Akan dilanjutkan…

Salam

MENINGKATKAN ILMU

MENINGKATKAN ILMU

Keterangan : ( Martabat = peringkat = level =
tahap ) ( Nafsu = kwalitas = derajat )

** MARTABAT NAFSU **
Bila kita berbicara tentang nafsu maka yang
muncul dipikiran kita adalah tingkah laku
manusia yang tidak baik, nafsu adalah perbuatan
syaitan, nafsu adalah hal-hal yang berhubungan
dengan perbuatan negatif.
Pengertian nafsu disini kita bagi menjadi 2
bagian :
Pertama : Nafsu dalam artian Negatif yaitu
yang timbul karena kekotoran hati manusia.
Kedua : Nafsu yang diartikan sebagai
peringkat atau level atau martabat hati manusia.
Dalam usaha kita untuk mendekatkan diri dengan
Allah maka kita perlu untuk mensucikan tiap-tiap
martabat dari nafsu, kita harus bisa menembus
hijab-hijab yang ada pada tingkatan nafsu-nafsu
ini agar manusia bisa mengenal dirinya dan
mengenal tuhannya.
Adapun nafsu itu letaknya dicabang hati
manusia, nafsu disini bertindak sebagai dinding
(hijab) hubungan antara diri rahasia manusia
dengan tuan empunya diri (Tuhannya).
Oleh karena itu tugas manusia yang hendak
menuju kepada makrifat hendaklah bisa
memecahkan dinding-dinding hijab ini sehingga
bisa sampai ke martabat yang paling tinggi yaitu
kemulian disisi Allah s.w.t.
Dan tentunya kalau bisa kita membuka hijab-hijab
ini maka bebaslah diri batin manusia itu untuk
bertemu dengan diri empunya diri pada setiap
waktu dan setiap saat.
Tanpa memecahkan dinding-dinding nafsu ini
manusia tidak mungkin dapat kembali kepada
Tuhannya semasa hidup didunia atau mematikan
dirinya sebelum mati.
Kita harus bisa sampai kemartabat “ mematikan
diri sebelum mati “ kalau mau kembali kepada
Tuhannya saat masih bernafas.
Adapun martabat nafsu pada diri manusia terdiri
dari tujuh nafsu sebagaimana yang termaktub
dalam Alquran :
1. 1. Nafsu Amarah
2. 2. Nafsu Lawamah
3. 3. Nafsu Mulhamah
4. 4. Nafsu Mutmainnah
5. 5. Nafsu Radiah
6. 6. Nafsu Mardiah
7. 7. Nafsu Kamaliah
Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah
Al-Mukminun ayat 17
Artinya : sesungguhnya kami telah menciptakan
keatas dirimu tujuh jalan (nafsu)
1. NAFSU AMARAH
Adapun nafsu amarah adalah satu kelakuan dari
hati yang menimbulkan suatu perangai yang
mengandung sifat-sifat Mazmumah yang
berlebihan.
Manusia-manusia yang memiliki nafsu amarah
biasanya memiliki sifat-sifat yang tidak disukai
oleh Allah seperti : Dengki, khianat, iri hati,
pemarah dan lain-lain, biasanya mereka yang
dikuasai nafsu amarah bertindak mengikuti fikiran
tanpa menggunakan akal, mereka merasa diri
merekalah yang berkuasa atas ini dan itunya.
Firman Allah surat Yusup ayat 53
Artinya : sesungguhnya nafsu amarah itu
senantiasa menyuruh berbuat jahat.
Firman Allah surah Al-Jaashiah ayat 23
Dan sesungguhnya orang-orang yang diliputi
nafsu amarah biasanya tak tahan diuji dan jika
diuji dengan satu ujian atau cobaan mereka terus
emosional bertindak mengikuti fikiran dibawah
hasutan syaitan.
Pada peringkat ini manusia-manusianya dikuasai
oleh syaitan, jiwanya sering tegang, fikiran sering
kusut, jarang sekali untuk mengingat Allah.
Mereka diperingkat nafsu ini akan mengingat
Tuhan ketika susah dan melupaiNYA di saat
senang.
Firman Allah surah Fusyilat ayat 51
Apa yang mereka lakukan semuanya semata-
mata dorongan dari fikiran mereka dan tidak
pernah timbul di hati mereka perasaan bersalah
atas kesalahan yang mereka lakukan.
Sesungguhnya nafsu amarah ini adalah nafsu
binatang bahkan lebih hina dari binatang karena
mereka yang dikuasai amarah mempunyai hati
tapi tidak “ memerhati “, mempunyai mata tapi
tidak melihat dan mempunyai pendengaran tapi
tidak mendengar, mereka-mereka ini bolehlah kita
sebut binatang yang berupa manusia.
Surat Al-Aaraaf ayat 179
Sifat-sifat lain yang biasanya ada pada mereka
yang dikuasai nafsu amarah seperti : tidak
bersyukur atas sesuatu yang diperolehnya, suka
mencela kelemahan orang lain walaupun teman
karibnya sendiri, membayangkan dialah orang
yang paling baik dan sempurna.
Justru karena itu adalah menjadi kewajiban dari
manusia tersebut haruslah menyucikan sifat-sifat
nafsu amarah tadi supaya timbul sifat-sifat murni
dan hilangnya sifat-sifat mazmumah.
Surah Asy-Syams ayat 710
Zikir orang yang masih di tingkatan nafsu amarah
hanya dilidah saja tidak menyerap ke dalam hati,
zikirnya hampa tidak bertenaga. Jiwa mereka
pada tingkatan ini kosong, hubungan dirinya
dengan empunya diri terputus, bahkan diri
rahasianya di hijab dari Allah swt.
Orang seperti ini diri batinnya kurus, sakit
tersiksa sedangkan badan zahirnya gemuk dan
sehat, penyakit nafsu amarah jika dibiarkan
menular pada jiwanya menyebabkan tertimbunya
selaput tebal untuk dirinya mengingat tuhannya
dan hidupnya terus hanyut tidak berpedoman
bagai awan tertiup di langit.
Sesungguhnya bagi mereka yang dikuasai oleh
nafsu amarah termasuk dalam golongan manusia
yang rugi disisi Allah swt.
2. NAFSU LAWAMAH
Pada tingkat nafsu Lawamah manusia telah
dapat menguasai satu perasaan semacam
larangan bagi dia untuk melakukan sesuatu
kesalahan, kezaliman atau apa saja yang dilarang
oleh syariat.
Perasaan ini timbul pada sudut-sudut hatinya
ketika mereka hendak melakukan sesuatu
kesalahan, bisikan didalam hatinya ini yang
disebut LAWAMAH.
Lawamah ini di ibaratkan seperti lampu isyarat di
dalam mobil dimana lampu ini akan menyalah
berwarna merah bila mobil tersebut hampir
kehabisan bensin yang mengisyarat kita supaya
mengisi bensin lagi sebelum nantinya mogok di
jalan.
Bagi mereka yang mempunyai Lawamah dan
mematuhinya dengan rasa tanggung jawab maka
akan terselamatkan dari bahaya yang akan
datang sebaliknya jika seseorang yang telah
meningkat ke martabat nafsu lawamah tetapi
tidak mematuhi isyarat larangan maka lama
kelamaan akan padam dan kembalilah mereka ke
nafsu amarah lagi.
Zikir mereka pada tahap ini masih melekat dibibir
tapi kadang-kadang menyerap masuk ke dalam
hatinya dan keadaan ini tidak tetap maka
seharusnya orang ini meneruskan zikirnya dengan
penuh ketabahan.
Mereka pada martabat ini masih ada sifat-sifat
tercelah ( mazmumah ) tetapi sudah berkurang,
jika mereka tetap patuh terhadap isyarat yang
timbul di susut-sudut hatinya maka lama
kelamaan sifat-sifat mazmumah ini akan hilang.
Lama kelamaan mereka akan merasa segan
untuk melakukan sifat-sifat mazmumah dalam
hati mereka akan timbul penyesalan atas sikap-
sikap mereka yang terdahulu.
Firman Allah Surah Al-Qiyamah ayat 2
Maka dengan ketekunan mematuhi isyarat serta
kuat pula berzikir maka tingkatan nafsu mereka
akan meningkat ke martabat nafsu yang lebih
tinggi yaitu NAFSU MULHAMAH.
Pada peringkat nafsu Lawamah orang ini dapat
menerima Ilmu Gaib melalui LADUNI pada
peringkat Nur atau mimpi dalam tidurnya dan
kadang-kadang dapat pula menerima ilmu melalui
Laduni di peringkat Tajali.
Oleh karena itu seseorang di peringkat ini
haruslah berusaha dengan tekun dan sabar
mengikuti petuah-petuah gurunya agar
peningkatan martabat nafsunya akan tercapai.
3. NAFSU MULHAMAH
Setelah seseorang berhasil mengikuti petuah-
petuah gurunya dan menerima isyarat nafsu
lawamah dengan patuh maka dia akan mencapai
tahap nafsu yang lebih tinggi dan mulia
martabatnya daripada nafsu Amarah dan nafsu
Lawamah, adapun yang di maksud dengan nafsu
tersebut adalan Nafsu MULHAMAH,
Pada peringkat ini mereka dapat menyingkirkan
sebagian besar sifat-sifat yang tercelah, jiwa
mereka mulai berkembang sifat-sifat baik, lapang
dada, mereka dapat pengajaran ilmu gaib melalui
jalan LADUNI diperingkat Nur dan Tajali daripada
tuhannya.
Jiwa mereka kadang-kadang tenang dan
adakalanya pikirannya gelisah, singkatnya sifat-
sifat Mazmumah masih melanda jiwa mereka,
zikir mereka di peringkat ini mulai melekat di hati
tetapi tidak 100% telah tetap di hati mereka.
Larangan berupa isyarat tetap berkembang dan
lebih membesar dan pada peringkat ini mereka
dapat merasakan perasaan “ zuk “, seseorang di
peringkat ini akan menerima satu lagi cara
penyampaian ilmu gaib melalui Laduni di pe
ringkat SIR, di mana dia dapat mendengar suatu
suara gaib yang mengajar dirinya tentang ilmu
gaib melalui telinga batin.
Biasanya suara gaib itu adalah suara guru gaib
yang terdiri dari pada wali-wali Allah yang agung
yang mengajar seseorang itu dengan terang dan
jelas.
4. NAFSU MUTMAINNAH
Setelah mencapai suatu martabat Nafsu
Mulhamah dan selalu mengikuti petuah-petuah
gurunya serta dapat pula menerima “ zuk dan Sir
“ di samping hilang pula segala sifat Mazmumah
pada dirinya maka seseorang itu akan
mendapatkan ketenangan, kelapangan jiwanya
hilang perasaan resah dan gelisah di hatinya.
Hatinya saat ini mulai melekat rasa lamunan
kasih terhadap Allah swt,
Firman Allah Surah Yunus ayat 62-64
Firman Allah Surah Al Fajr ayat 27-30
Zikir mereka di tingkatan ini sudah melekat di
hati dan ingatannya terus bersama Allah pada
setiap saat, pada peringkat ini seseorang manusia
dapat di sifatkan mencapai martabat wali, ( di
namakan oleh para tasauf wali kecil ), di samping
itu mulai dapat menerima ilmu gaib (Laduni)
secara SIR USIR,
Pada peringkat nafsu Mutmainnah mereka dapat
mendengar dan melihat dngan pendengaran dan
penglihatan mata batin, mereka dapat melihat
dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana
suka dukanya seseorang yang sudah meninggal
dunia dan beada di alam Barzah serta di beri
peluang juga menjelajahi ke alam lain ( alam
gaib ).
Pada peringkat ini timbulah sifat-sifat super yang
tidak di miliki oleh orang-orang awam seperti :
Keramat, Mendapat Ilham dan sebagainya, bagi
mereka di peringkat ini sering di lamun persaan
dan fana akibat kuatnya gelora lamunan cinta
terhadap Allah swt.
5. NAFSU RAADIAH
Setelah mencapai martabat Nafsu Mutmainnah
dan gigih melatih dirinya untuk Makrifat kepada
Allah swt maka seseorang itu akan di tingkatkan
lagi ke martabat nafsu RADIAH.
Zikir mereka pada saat ini tetap berada di hatinya
dan ucapan zikirnya pula di hatinya semata-
mata, mereka tidak pernah lupa atau lalai kepada
Allah swt.
Pada martabat ini jiwa mereka suci, hati mereka
bersih hening dan setiap apa yang di lakukan
olehnya seirama antara hati, mulut, perbuatan,
semuanya mulai mendapat keredaan Allah swt.
Adapun fana mereka dinamakan fana Qalbi yaitu
hati nuraninya terus dilambung perasaan cinta
kepada Allah swt pada setiap saat di manapun
berada.
Mereka pada peringkat ini sering di jemput oleh
wali-wali Allah yang agung untuk menjelajahi kea
lam-alam gaib yang jauh keluar dari pemikiran
manusia, di samping mereka terus di ajar tentang
ilmu gaib yang lebih tinggi dan teknologi ilmu
Allah yang tinggi yang sudah tentu tidak bisa di
tandingi dengan teknologi manusia.
Disamping itu mereka bisa terus berkomunikasi
dengan para rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-
wali Allah, mereka dapat membicarakan hal-hal
yang behubungan dengan ilmu gaib dan tentang
petuah-petuah makrifat dengan Allah swt.
Kontak mereka ditingkatan ini adalah dengan Nur,
Sir dan Sirusir pada saat kontak dengan para
rasul-rasul, nabi-nabi, aulia dan para wali-wali
Allah mereka dapat menikmati satu kelezatan
yang tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata
hanya bisa dirasakan sendiri oleh mereka yang
sudah sampai tingkatan ini.
6. NAFSU MARDIAH
Bagi mereka yang sudah sampai martabat Nafsu
Mardiah jiwa mereka sering Fana Bakabilla yaitu
hatinya, kalbunya dan jasadnya sering sekali
dilamun perasaan cinta yang amat sangat
terhadap Allah swt.
Jiwanya tenang, lapang tidak gelisah, bahkan
seluruh jiwa raganya tertumpu kepada Allah swt
semata-mata, zikir mereka di level ini tetap
bersemedi di dalam kalbu dan tidak pernah lalai
dan lupa kepada Allah swt walaupun cuma
sesaat.
Mereka sering menerima tamu-tamu agung yang
terdiri daripada rasul, nabi-nabi, para arifin billah,
para sidikin dan para wali-wali Allah disamping
mereka juga dapat menerima ilmu gaib secara
LADUNI di peringkat TAWASUL .
Mereka sering menjelajah seluruh alam maya dan
alam gaib yang lain termasukSurga, Neraka,
Arash dan kursi Allah swt.
Firman Allah surah Al Talak ayat 2
Dalam hal pemecahan wajah dirinya, mereka di
tingkat ini sudah mendapat wajah di antara tujuh
wajah ke delapan wajah bergantung kepada
badan masing-masing.
7. NAFSU KAMALIAH
Adapun yang di maksud dengan Kamaliah adalah
keadaan telah berkamil ( sempurna ), pada
martabat ini apa saja kelakuan di antara diri
batin dan jasad adalah sama dan tidak bercerai
berai diantara satu dengan lainnya.
Di mana apapun yang mereka kerjakan di
reringkat ini tetap di setujui dan di ridhai oleh
Allah swt, maka secara sepontan keadaan ini di
namakan …….,
Mereka ini kalau di katakana sakti teramat sakti,
kalau keramat amat keramat, kalau alim teramat
alim mereka mempunyai segala kelebihan yang
tidak di miliki orang awam.
Siapa saja yang sampai ke tingkat ini mereka
berpeluang menerima ilmu Syahadah yaitu Ilmu
Allah yang paling tertinggi yang dapat di peroleh
manusia alam maya ini, ilmu syahadah ini akan di
ajarkan oleh Allah sendiri melalui guru yang di
namakan guru batin.
Bagi mereka yang telah mencapai martabat nafsu
Kamaliah mereka hendaklah berusaha pula
mengembalikan dirinya kemartabat nafsu orang
mukmin yaitu nafsu mutmainnah, mereka tidak
harus tinggal lama di martabat nafsu Kamaliah,
mereka harus menjadikan diri mereka ke orang
awam, bergaul, berniaga, berpolitik dan menjadi
khalifah di alam maya tapi jiwa raganya tetap
bersama Allah.
Fana baka Billah buat selamanya sehingga
derajat dirinya susah di tafsir banyak orang,
mereka disebut sebagai orang alim tidak alim,
sifat manusia yang sempurna dan sederhana
dimiliki oleh mereka di martabat ini dan mereka
mulia di dunia dan akhirat
Akhirul kalam saya sampaikan kepada siapa saja
yang membaca tulisan saya ini, tuntutlah ilmu
tasauf sehingga tercapai martabat yang di
gambarkan dalam uraian ini sehingga kita semua
selamat di dunia dan akhirat.
Berbahagialah bagi engkau yang mencapai
martabatnya.

Salam

REINKARNASI (1)


ILMU NISAI (1)

REINKARNASI
(RE=Kembali, IN=Kedalam, KAR=Bentuk,
NASI=Manusia)
Kita sering mendengar ini :
Jika seorang Bani Adam meninggal dunia maka
terputus-lah semua amal-amalnya kecuali :
1. Amal Jariah
2. Ilmu yang berguna
3. Anak yang sholeh
Apa kita sudah mengerti maksud-nya?
Sesungguhnya ke-tiga perkara diatas adalah satu
jua, bukan hal yang berbeda-beda, karena hal ini
meng-isyarat-kan kita agar menguasai ilmu
NISA’I , maksud dari 3 perkara diatas adalah :
1. Amal jariah berasal dari kata AMAL yang
berarti perbuatan sedangkan JARIAH mempunyai
arti berjalan, jadi AMAL JARIAH mempunyai arti
perbuatan yang berjalan, maksudnya : perbuatan
yang berjalan dari seorang bapak adalah ANAK-
nya.
-
2. Ilmu yang berguna adalah ilmu yang telah
diberikan kepada seorang anak untuk dapat
menghidupkan ” BAPAK-nya” kembali. -
-
3. Anak yang Sholeh adalah anak yang bisa
menghubungkan (Sholeh) lahir dan batin, dunia
wal akhirat yaitu anak yang bisa memanggil
“ Bapak-nya” hadir kedunia menjadi Manusia .
Mengapa harus menjadi Manusia?
Kita ketahui bersama bahwa didalam semua
kitab-kitab suci yang ada di-muka bumi telah
mengatakan bahwa tuhan ada dalam diri
manusia, diantara-nya :
Surah Al-Qaf : 16, Allah s.w.t berfirman :
“Wa nahnu aqrabu ilaihi min hablil wariid “
Artinya :
Dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya
Surat Al-Anfal : 205 Allah s.w.t berfirman :
“Wadzkur Rabbaka fii nafsika tadlarru ‘an wa
khiifatan wa duunal jahri minal qauli bil guduwwi
wal aashaali, wa la takun minal gaafiliin”
Artinya :
Dan ingatlah kepada Tuhanmu dalam dirimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, tanpa
mengeraskan suara di waktu pagi & petang. Dan
janganlah engkau jadi golongan orang-orang
yang lalai.
Hadits Nabi yang berbunyi :
“Man ‘arafa nafsahu, fa qad ‘arafa rabbahu”.
Artinya :
Barangsiapa mengenal dirinya, dia mengenal
Tuhannya .
Bahkan di kitab suci yang lain-pun telah
dikatakan bahwa :
“Manusia adalah rumah tuhan yang sejati”
Ada juga yang mengatakan :
“Manusia adalah rumah tuhan yang sempurna”
Dari uraian-uraian diatas jelas mengatakan
bahwa Tuhan ada dalam diri manusia, kalau tidak
dalam diri manusia dimana lagi engkau akan
mencari Tuhanmu?
Sesungguhnya kita tidak akan bisa menemukan
Tuhan di alam ini , Tuhan hanya bisa kita temui
dalam diri kita,.biarkan orang yang tidak
mengetahui mencari Tuhan dimana-mana.
Sampai kapan-pun mereka tidak akan
menemukan Tuhan.
Sedangkan kita yang sudah mengetahui melalui
Al-Quran bahwa Tuhan sangat dekat kepada kita,
lebih dekat dari urat leher, jangan-lah kita
mencari Tuhan diluar diri, alangkah ruginya bila
kita tidak meng-iman-i apa yang telah tersebut
dalam Al-Quran.

Salam

HAKIKAT PERNIKAHAN SEBAGAI SARANA MENEMUI ALLAH

~ Hakekat Pernikahan Sebagai Sarana
Menemui Allah ~
.
Dalam Al Qur’an dan hadits, Allah telah
menjelaskan secara tersirat tentang metode untuk
menemui Allah dan melihat Allah (Ru’yatullah)
yaitu :
.
Al-Kahfi ayat 110 :
“……. barang siapa yang mengharapkan menemui
Tuhannya, maka kerjakanlah amal shaleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada-nya”.
.
Pada ayat tersebut di atas terdapat kalimat “amal
shaleh”.
Apakah yang dimaksud dengan “amal shaleh”
itu ?
Kata “amal” mempunyai arti perbuatan atau
metode atau cara.
Sedangkan istilah “shaleh” yang seakar dengan
kata “shalah” dan “shalat” mempunyai makna
hubungan atau penghantar.
Jadi
“Amal shaleh” mempunyai arti suatu perbuatan
atau metode yang dapat menghantarkan
seseorang kepada pengalaman bertemu Allah.
Amal yang shaleh pada hakekatnya adalah amal
atau perbuatan atau metode yang telah
dicontohkan oleh para Utusan Allah dalam
usahanya untuk mengadakan pertemuan dengan
Tuhannya.
Dan yang harus diingat adalah bahwa jumlah
para Rasul dan Nabi yang diutus oleh Allah
adalah sangat banyak, dan tidaklah mungkin
semuanya itu diutus hanya di satu daerah
tertentu saja.
Allah telah menurunkan para Utusan-Nya itu ke
berbagai penjuru dunia.
Dan tidak tertutup kemungkinan Allah juga pernah
menurunkan Utusan-Nya di negeri Cina atau
Shindustan, sehingga Nabi Muhammad Saw
memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk
belajar ilmu di negeri tersebut.
Dalam Al Qur’an dan hadits, Allah telah
menjelaskan secara tersirat tentang metode untuk
menemui Allah (Liqa’ Allah) dan melihat Allah
(Ru’yatullah) yaitu :
.
“Dan berapa banyak Kami telah mengutus Nabi-
Nabi pada umat terdahulu… “. (QS Az Zukhruf
43 : 6)
“Ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan
tentang mereka kepada kamu sebelumnya, dan
Rasul-Rasul yang tidak kami kisahkan tentang
mereka kepadamu…… “. (QS an Nisa 4 : 164) .
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu, yaitu orang-
orang yang mengharap pertemuan dengan Allah
dan hari Akhirat dan banyak mengingat Allah”.
(QS Al Ahzab 33 : 21)
“Dan tiap-tiap umat ada Rasul Allah….”. (QS
Yunus 10 : 47).
.
Untuk mencapai pertemuan dengan Allah
diperlukan usaha dari setiap manusia dengan
bimbingan seorang Guru Mursyid yang telah
mencapai derajat Ma’rifatullah atau yang telah
mengalami pengalaman bertemu Allah dengan
berpedoman kepada kitab-kitab Suci yang telah
diturunkan kepada umat manusia.
Prosesi Menemui Allah yang telah dicontohkan
oleh para Rasul, Nabi dan Para Pewaris Nabi,
pada intinya mempunyai satu kesamaan yaitu
kita harus dapat melakukan prosesi mengulang
kembali ke awal mula penciptaan manusia.
.
“Dan sesungguhnya kamu datang menemui Kami
dengan sendirian seperti Kami ciptakan kamu
pada awal mula kejadian dan kamu akan
meninggalkan dibelakangmu semua apa yang
Kami karuniakan kepadamu….. “. (QS Al An ‘am
6 : 94).
“Mereka dihadapkan kepada Tuhanmu dengan
berbaris. Sesungguhnya kamu datang menemui
Kami seperti Kami telah menciptakan kamu pada
awal mula kejadian, bahkan kamu menyangka
bahwa Kami tiada menetapkan janji bagi kamu “.
(QS Al Kahfi 18 : 48).
“Perempuan-perempuan kamu (istri-istrimu)
adalah seperti ladang bagimu, maka datangilah
ladangmu sebagaimana kamu kehendaki dan
kerjakanlah kebajikan untuk dirimu, bertaqwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan
menemui-Nya, dan sampaikanlah berita gembira
untuk orang-orang yang beriman “. (QS Al
Baqarah 2 : 223).
“Dan mereka menanyakan kepadamu tentang
haid. Katakanlah, “itu adalah penyakit atau
kotoran”. Sebab itu hindarilah perempuan selama
masa haid dan janganlah dekati mereka sebelum
suci. Bila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu sebagaimana yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang menyucikan diri“. (QS Al Baqarah 2 :
222).
.
….. Ketika kami sedang berada disisi Rasulullah,
tiba-tiba beliau bertanya :
“Adakah orang asing diantara kamu ?”.
Kemudian beliau bersabda :
“Angkat tangan kamu dan tutuplah pintumu”. (HR
Al Hakim)
“Tutuplah pintumu dan ingat Allah”. (HR Bukhari).
.
Dalam memahami proses kembali ke awal mula
penciptaan manusia, kita sering terjebak dalam
cerita atau kisah-kisah yang bersifat simbolis
sehingga terjadi penyimpangan dalam
menafsirkan dan menerapkannya.
Oleh sebab itu dalam memahami prosesi kembali
ke awal mula penciptaan manusia, kita harus
berpegang pada pedoman sebagai berikut :
.
Pertama :
Setiap Kitab Suci mempunyai ayat-ayat yang
bersifat Mukhamat dan Muthasyabihat.
“Dialah yang menurunkan Al Kitab kepada kamu.
Diantara isinya ada ayat-ayat yang mukhamat,
itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain
adalah ayat-ayat mutasyabihat……”. (QS Ali
Imran 3 : 7).
.
Kedua :
Setiap ayat yang mengisahkan tentang proses
kembali ke awal mula penciptaan manusia, selalu
mengandung pengertian yang berpasangan baik
lahir maupun batin serta mengandung banyak
perumpamaan atau amtsal.
.
- “Dan Kami ciptakan segala sesuatu
berpasangan-pasangan supaya kamu
mendapatkan pengajaran”. (Ad Dzariyat 51 : 49).
- “Maha Suci Allah yang telah menciptakan
segala sesuatu berpasangan-pasangan diantara
yang tumbuh di bumi danm pada diri mereka dan
dari apa yang mereka yang tidak diketahui” (QS
Yasin 36 :36).
- “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan
berulangkali kepada manusia dalam Al Qur’an ini
bermacam perumpamaan tetapi kebanyakan
manusia engganmenerimanya kecuali ingkar”.
(QS Al Isra 17 : 89).
- “Dan sesungguhnya telah Kami buat dalam Al
Qur’an ini bermacam-macam perumpamaan
untuk manusia. Dan sesungguhnya jika kamu
membawa kepada mereka suatu bukti, pastilah
orang-orang yang kafir itu akan berkata : Kamu
tidak lain hanyalah orang-orang yang membuat
kebohongan belaka”. (QS Ar Rum 30 : 58).
- “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
buatkan untuk manusia dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu”. (QS Al Ankabut 29 : 43)
.
Ketiga :
Setiap Kitab Suci, ditujukan untuk manusia yang
masih hidup, sehingga apa yang diperintahkan,
dalam Kitab Suci harus bisa dilaksanakan oleh
manusia ketika dia masih hidup di atas dunia.
Berdasarkan tiga pedoman tersebut, kita akan
coba untuk membahas ayat-ayat yang
menjelaskan metode untuk menemui dan melihat
Allah.
Dalam surat Al-kahfi 18 : 110 telah dijelaskan
bahwa apabila seorang manusia ingin berjumpa
dengan Allah selagi masih hidup di dunia, maka ia
harus melakukan “amal shaleh”.
Kata amal mempunyai arti : perbuatan, metode,
cara atau laku, sedangkan kata shalih mempunyai
arti hubungan, sambungan atau antaran.
Jadi pengertian amal shaleh adalah suatu
perbuatan atau metode yang dapat mengantarkan
atau menghubungkan kita kepada pengalaman
bertemu dan melihat Allah.
Berdasarkan surat Al An”am 6 : 94 Allah telah
memberitahukan bahwa proses bertemunya
seorang manusia dengan-Nya adalah seperti
ketika manusia diciptakan pada awal mula
kejadian.
Dengan dalil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa intisari dari metode amal shalih adalah
suatu proses pengulangan kembali ke awal mula
kejadian penciptaan seorang manusia.
.
Bagaimanakah proses awal mula penciptaan
seorang manusia ?
.
Dan apa hubungannya dengan proses bertemunya
seorang manusia dengan Allah. Untuk
membahasnya, marilah kita lihat sejarah hidup
Nabi Muhammad Saw dalam mencari keberadaan
Sang Khaliknya.
Sejak lahir sampai berumur 25 tahun, beliau telah
diajarkan dan didoktrin oleh para pemuka agama
kaum Quraisy bahwa Tuhan yang harus disembah
adalah Tuhan-Tuhan yang berwujud patung-
patung yang mempunyai nama antara lain Lata
Uza, Manata dan lainnya.
Dalam diri Muhammad pada waktu itu tidak
mempercayai ajaran tersebut, sehingga beliau
meminta ijin kepada istrinya Siti Khodijah untuk
bertahanuts atau beruzlah mengasingkan diri ke
dalam gua Hira dilereng Gunung Cahaya (Jabal
Nur) dengan tujuan untuk mencari Tuhan yang
sebenarnya.
Selama berbulan-bulan beliau bertahanuts di Gua
Hira, tetapi belum juga menemukan cara untuk
bertemu sekaligus mengenal Sang Khalik.
Tetapi berkat usaha beliau yang tidak kenal
menyerah, akhirnya di usia ke 40 tahun, beliau
mendapatkan wahyu yang pertama kali dari Allah
yang isinya adalah perintah untuk membaca,
merenungkan dan mempelajari proses awal mula
penciptaan diri seorang manusia.
.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
menciptakan. Dia menciptakan manusia dari
Alaqah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Pemurah. Yang mengajari manusia dengan
Qalam. Dia mengajari manusia apa yang belum
diketahuinya”. (QS Al Alaq 96 : 1-5) .
.
Berdasarkan dalil tersebut, marilah kita
renungkan,
Muhammad pada waktu itu bertahanuts di Gua
Hira dengan tujuan untuk mencari, menemui dan
mengenal keberadaan Sang Khalik yang
sebenarnya, walaupun beliau tidak mengetahui
cara atau metode untuk bertemu dengan Sang
Khalik.
Untuk maksud tersebut, akhirnya Allah
memerintahkan agar beliau mempelajari proses
awal mula penciptaan seorang manusia dari Al
Alaqah.
Tentunya Muhammad pada waktu itu bertanya
dalam qalbunya, apakah hubungan antara proses
awal mula penciptaan manusia dari Al Alaqah
dengan proses bertemunya seorang manusia
dengan Allah ?
Dengan kecerdasan yang dimiliki oleh beliau dan
pengajaran yang diajarkan oleh Allah, akhirnya
beliau menemukan jawabannya, sehingga
akhirnya beliau dapat bertemu dan melihat Allah
untuk pertama kalinya di Gua Hira.
Kemudian selanjutnya beliau selalu mendapatkan
pengajaran dari Allah berupa wahyu-wahyu
sampai beliau berusia 63 tahun.
Demikianlah sekilas sejarah hidup Nabi
Muhammad Saw dalam mencari Tuhannya.
Dari sejarah Nabi Muhammad Saw tersebut, kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk
bertemu dengan Allah kita harus mempelajari
proses awal mula penciptaan diri yang bermula
dari Al Alaqah.
Kata Alaqah mempunyai dua arti yaitu pertama,
cinta kasih yang melekat. Arti yang kedua adalah
segumpal darah.
Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa proses penciptaan manusia bermula dari
rasa cinta Allah kepada makhluk-Nya.
Hal ini sesuai dengan Hadits Qudsi :
.
“Aku dahulu adalah permata yang tersembunyi.
Aku rindu untuk dikenal, maka Aku ciptakan
makhluk agar ia mengenal-Ku”. (HR. Bukhari).
.
Rasa cinta Allah kepada makhluk-Nya itu
kemudian diberikan kepada ayah ibu kita sehingga
timbullah rasa cinta diantara keduanya, yang
kemudian dilekatkan dalam sebuah ikatan
perkawinan.
Kemudian mereka melakukan persenggamaan
sehingga terjadilah penyatuan dua rasa cinta
yang dilebur menjadi satu.
Dalam persenggamaan tersebut terjadilah
pelepasan spermatozoa dari ayah, yang
selanjutnya mereka bergerak menuju
pasangannya yaitu ovum atau sel telur yang
berada di dalam rahim.
Setelah mereka bertemu maka sperma akan
bergerak mengelilingi sel telur sebanyak tujuh kali
mirip gerakan Thawafnya para jamaah haji.
Setelah itu barulah sperma berusaha untuk
menembus lapisan pelindung sel telur dan jika
berhasil maka terjadilah penyatuan antara sel
telur dengan sperma (nutfah) yang akan
mengakibatkan pembuahan yang selanjutnya
membentuk segumpal darah atau Al Alaqah yang
merupakan cikal bakal janin bayi manusia.
Selanjutnya Alaqah tersebut berproses menjadi
mudghah, izhamah dan lahmah kemudian baru
menjadi bayi yang sempurna secara jasmaniyah,
kemudian Allah meniupkan Ruh-Nya kedalam
janin bayi tersebut.
Ketika berada di dalam rahim, sang bayi
mengalami keadaan dimana semua aktifitas
inderawinya tidak berfungsi secara sempurna.
Atau dengan kata lain, lubang-lubang inderawinya
masih tertutup karena sang bayi berada dalam air
ketuban (omnium water) selama kurang lebih 9
bulan, sampai akhirnya sang bayi lahir ke alam
dunia ini.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa proses awal mula penciptaan seorang
manusia melalui dua tahapan yaitu tahap
pertama berasal dari cinta kasih seorang pria dan
wanita yang saling dilekatkan dengan ikatan
perkawinan dan persenggamaan.
Tahap kedua, yang merupakan lanjutan dari tahap
pertama yaitu segumpal darah yang melekat di
dinding rahim yang terus berproses menjadi janin
bayi yang terendam didalam air ketuban selama 9
bulan.
Dalam surat Al An’am 6 : 94 telah diisyaratkan
bahwa proses bertemunya seorang manusia
dengan Allah adalah seperti proses awal mula
penciptaan diri manusia itu sendiri, yaitu
persenggamaan kedua orang tuanya dan
segumpal darah yang kemudian menjadi bayi
yang berada dalam kandungan ibunya.
.
Mungkin timbul dua pertanyaan dalam diri kita,
- Pertama, apa hubungannya antara
persenggamaan dengan proses bertemunya
seorang manusia dengan Allah?
- Pertanyaan kedua, apa hubungannya antara
proses penciptaan janin bayi dalam kandungan
dengan proses bertemunya seorang manusia
dengan Allah?
.
** Inilah masalah yang selama ini dirahasiakan
oleh Nabi Muhammad Saw **
.
“Janganlah engkau berikan ilmu ini kepada yang
tidak membutuhkan, karena itu adalah perbuatan
zhalim. Tetapi jangan engkau tidak berikan ilmu
ini kepada yang membutuhkan, karena itu juga
perbuatan zhalim”. (Al Hadits) .
Seorang sahabat yang bernama Abu Hurairah
juga pernah berkata :
.
“Aku hafal dua karung (kitab) hadits dari
Rasulullah Saw. Yang satu karung (kitab) sudah
aku siarkan kepada kalian semua. Sedang yang
satu lagi kalau aku siarkan, niscaya dipotong
orang leherku”. ( HR Bukhari).
.
Berdasarkan dalil tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ada kitab hadits yang disembunyikan oleh
Abu Hurairah, yang kemudian diajarkan hanya
kepada orang yang terpilih yang terus diwariskan
sampai ke generasi sekarang. Sebagian besar isi
dari kitab hadits tersebut berkaitan dengan
masalah metode untuk melihat Allah dan bertemu
dengan-Nya, melalui proses pengulangan awal
mula kejadian penciptaan manusia.
Dengan niat yang baik, penulis mencoba
menyingkap masalah tersebut dengan dasar Al
Qur’an dan Hadits :
.
“Dan janganlah engkau sembunyikan kebenaran
itu, padahal engkau mengetahuinya”. (QS Al
Baqarah 2 : 42).
“Sampaikanlah kebenaran itu walaupun pahit”.
(HR Bukhari).
“Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan atau merahasiakan keterangan-
keterangan dan petunjuk-petunjuk yang telah
Kami turunkan setelah Kami menjelaskannya
kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu
dilaknat Alllah dan dilaknat pula oleh mereka
yang melaknat kecuali orang-orang yang telah
bertaubat, berbuat kebaikan dan menerangkan
apa-apa yang mereka sembunyikan, maka
mereka itulah yang Aku terima taubatnya dan
Akulah Yang Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang” (QS Al Baqarah 2 : 159-160).
“Sampaikanlah dariku, walaupun satu ayat”. (Al
Hadits)
.
Di dalam Al Qur’an, Allah telah mengisyaratkan
hubungan antara persenggamaan dengan proses
bertemunya seorang manusia dengan Allah,
yaitu :
.
“Perempuan-perempuan kamu (istri-istri kamu)
adalah seperti tempat bercocok tanam bagimu,
maka datangilah tempat bercocok tanam milik
kamu itu sebagaimana kamu kehendaki. Dan
buatlah kebaikan untuk dirimu dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya kamu akan menemui-Nya dan
sampaikanlah berita ini gembira untuk orang-
orang yang beriman”. (QS Al Baqarah 2 : 223).
.
Sebagian besar mufasirin menafsirkan ayat
tersebut termasuk ayat yang bermakna mukhamat
artinya jelas dan terang sesuai dengan teksnya.
Tetapi apabila kita teliti lebih lanjut, terdapat satu
keanehan yang tersirat dalam ayat tersebut, yaitu
pada awalnya ayat itu berbicara tentang masalah
persenggamaan (berjima’) antara seorang suami
dengan istri istrinya, tetapi tiba-tiba diakhir ayat
tersebut terdapat kalimat :
.
“dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan
menemui-Nya dan sampaikanlah berita gembira
ini kepada orang-orang beriman”
.
Tentunya kita bertanya, Apa hubungannya antara
persenggamaan dengan kabar gembira bahwa kita
akan menemui Allah?
Mengapa Allah menggabungkan antara
permasalahan tatacara bersenggama (berjima’)
dengan masalah proses menemui-Nya dalam satu
ayat ?
Adakah makna yang tersirat dari ayat tersebut ?
Inilah permasalahan yang akan kita coba bahas
dengan hati-hati, karena hal ini merupakan
masalah yang sangat sensitif yang bisa
menimbulkan kesalafahaman dan fitnah, seperti
yang terjadi pada penulisan kitab “Darmogandul”
dan Kitab “Gatoloco” yang menjadi polemik pada
waktu itu sampai sekarang ini.
Proses bertemunya seorang manusia dengan
Allah adalah melalui suatu proses yang mirip
dengan proses awal mula penciptaan manusia
(surat Al An’am 6 ayat 94).
Kata “mirip” inilah yang harus diperhatikan dan
dipahami dengan benar. Kata “mirip” ini
merupakan terjemahan dari kata “kamaa”.
Kita sering tidak menyadari arti kata “kamaa” ini.
Dalam bahasa Arab, kata “kamaa” mempunyai
banyak arti yaitu seperti, sebagaimana, bagaikan
atau mirip.
Dari arti ini dapat disimpulkan, bahwa proses
bertemunya seorang manusia dengan Allah
adalah seperti proses penciptaan awal mula
kejadian manusia yaitu yang diawali dengan
persenggamaan antara ayah ibu kita adalah
bukan dalam arti yang sebenarnya, tetapi proses
tersebut hanya bersifat mirip dengan proses awal
mula penciptaan manusia (persenggamaan).
Bagaimanakah kemiripannya ?
Untuk memahami permasalahan tersebut, kita
harus menyadari bahwa Allah telah menciptakan
segala sesuatu dengan berpasangan (QS 51 : 49)
Demikian juga diri kita, juga diciptakan dengan
berpasangan,
“Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala
sesuatu berpasang-pasangan, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.
(QS Yasin 36 : 36)
Pada bagian akhir ayat tersebut dijelaskan bahwa
kita tidak mengetahui secara keseluruhan apa
saja yang diciptakan Allah secara berpasangan.
Tegasnya, masih banyak yang diciptakan secara
berpasangan yang belum diketahui oleh kita,
salah satunya adalah tentang diri kita sendiri
yang ternyata juga berpasangan.
Diri kita yang bersifat jasmani mempunyai
pasangannya yaitu diri yang bersifat ruhani. Diri
jasmani kita juga mempunyai pasangan secara
jenis kelamin, yaitu pria dan wanita.
Dalam pandangan ahli hakikat, pada diri setiap
manusia, terdapat syimbol kelakian dan
kewanitaan, baik secara genital maupun secara
sifat. Secara genital kelakian diberi tanda khusus
dengan organ yang berbentuk “huruf alif” atau
“lingga” atau “alu”. Sedangkan genital kewanitaan
diberi tanda khusus dengan organ vital yang
berbentuk “huruf ba” atau “Yoni” atau “lumpang”.
Dalam bahasa Arab, organ vital kelakian di sebut
Ad-Dzakar, sedangkan organ vital kewanitaan
disebut Al-Untsa.
Sifat kelakian disebut dengan istilah Ar-Rizal,
sedangkan sifat kewanitaan disebut dengan istilah
An-Nisa.
Setiap diri manusia juga mempunyai dua syimbol
kelakian dan kewanitaan sekaligus (aprodite),
yaitu tujuh lubang inderawi yang ada di kepala
dan tiga lubang yang ada di badan sebagai
syimbol kewanitaan, dan sepuluh jari tangan
sebagai syimbol kelakian. Inilah makna syimbolis
dari hakikat istri, yang di isyaratkan dalam Al
Qur’an :
.
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia
menciptakan untuk kamu istri dari anfusmu
sendiri……..”. (QS Ar Rum 30 : 21)
“Dia menciptakan kamu dari diri yang satu,
kemudia Dia menjadikan daripadanya
istrinya……”. (QS Az Zumar 39 : 6)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kamu
kepada Tuhanmua yang telah menciptakan kamu
dari diri yang satu dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya….”. (QS An Nisa 4 : 1)
Tujuh lubang inderawi yang ada dikepala
manusia merupakan tempat berkumpulnya empat
rasa inderawi yaitu pendengaran, penglihatan,
penciuman dan pengucapan, oleh ahli hakikat
dianggap sebagai syimbol “empat istri” yang
harus dinikahi secara keseluruhan atau poligami,
agar ke empat hawa nafsu yang ada pada
lubang-lubang telinga, mata, hidung dan mulut
dapat dipimpin dan dikendalikan oleh sang
suami.
“Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil
terhadap perempuan yatim, hendaklah kamu
menikahi siapa saja di antara perempuan-
perempuan yang kamu sukai dua, tiga, atau
empat tetapi jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil,maka nikahilah seorang saja atau
kamu mengambil budak-budakperempuan yang
kamu miliki………”. (QS An Nisa 4 : 3)
.
Seorang lelaki yang dapat mempunyai empat istri
dan dapat mengendalikan dan memimpin ke
empat istrinya adalah type seorang muslim yang
terbaik, hal ini sesuai dengan hadits nabi
Muhammad Saw :
Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata : Ibnu Abbas
berkata kepadaku :
“Apakah engkau telah menikah?”
Aku menjawab : “Belum”.
Ia berkata : “Menikahlah,
Karena sesungguhnya sebaik-baiknya orang Islam
adalah yang lebih banyak istrinya. (HR Bukhari
dan Ahmad).
.
Secara syimbolis dalil tersebut menjelaskan
tentang hakikat dari keberadaan hawa nafsu yang
berada disetiap lubang telinga, mata, hidung dan
mulut.
Ke-empat inderawi (telinga-mata-hidung-mulut)
merupakan syimbol dari perempuan yatim,
Artinya perempuan yang hidup sendirian
(yatim=sendiri, satu-satunya atau tidak
berbapak).
Aktifitas mendengar, melihat, mencium dan
mengucap, mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dengan sendirinya (yatim), karena
mereka sudah diprogram oleh Allah untuk
menjalankan fungsinya sesuai dengan perintah-
Nya.
Telinga hanya berfungsi untuk mendengar,
Mata hanya berfungsi untuk melihat,
Hidung hanya berfungsi untuk mencium,
Mulut hanya berfungsi untuk mengucap dan
mengecap saja.
Singkatnya fungsi inderawi mereka tidak akan
tertukar diantara mereka.
.
Hal ini yang diisyaratkan dalam firman-Nya :
“Dan sungguh Kami telah mencptakan di atas
(kepala) kamu tujuh (lubang) jalan (aktifitas
inderawi).Dan tidaklah Kami lalai memelihara
(fungsi inderawi) yang Kami ciptakan itu”. (QS Al
Mu’minun 23 : 17)
Setiap inderawi mempunyai kebutuhan yang
sangat fithrah yang harus dipenuhi. Apabila
kebutuhan itu terpenuhi dengan baik maka ia
akan bahagia atau sebaliknya ia akan tidak
bahagia apabila kebutuhannya tidak terpenuhi.
.
Kebutuhan mata adalah melihat.
Kebutuhan telinga adalah mendengar.
Kebutuhan hidung adalah mencium
Kebutuhan mulut adalah mengucap dan
mengecap.
.
Semua kebutuhan itu harus dipenuhi dengan adil,
tetapi kadang kita tidak bisa berbuat adil,
misalnya kita hanya mendahulukan kepentingan
salah satu inderawi saja dibandingkan kebutuhan
inderawi lainnya atau kita hanya mempercayai
salah satu inderawi saja dibandingkan
mempercayai inderawi lainnya.
Inilah yang diisyaratkan secara syimbolis dalam
firman-Nya :
“Dan kamu tidak akan dapat berlaku adil
diantara istri-istrimu walaupun kamu sangat
ingin berbuat demikian, maka janganlah kamu
terlalu cenderung kepada istri yang kamu cintai
sehingga engkau biarkan isrtri yang lain seperti
tergantung (terlupakan)……….”. (QS An Nisa 4 :
129)
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, kadang
para istri atau wanita menjadi sumber fitnah dan
dosa, karena mereka banyak menuntut
kebutuhannya secara berlebihan, sehingga Nabi
Muhammad Saw pernah bersabda :
.
“Aku tidak meninggalkan umatku fitnah yang
kebih berbahaya buat lelaki lebih dari fitnah
yang dibawa kaum wanita”. (Al Hadits) .
“Bumi ini subur dan indah. Dan Tuhan telah
menyerahkan amanah kepada kalian di muka
bumi ini. Jika muncul godaan di dunia, berhati-
hatilah kalian. Dan berhati-hatilah terhadap
wanita, karena fitnah pertama yang menimpa
bangsa Isarail adalah fitnah wanita”. (HR
Muslim).
.
Secara syimbolis, hadits tersebut menjelaskan
bahwa keinginan dari hawa nafsu yang ada di
lubang inderawi kita, bisa juga menjadi perangkap
syeitan (syeitan adalah sifat menjauh atau
merenggang dari kebenaran) yang seringkali
menimbulkan permasalahan karena kita akan
terus mengikuti kemauannya dan selalu
memenuhi kebutuhannya, sehingga kita akan
menjauh dari nilai-nilai kebenaran.
Misalnya, kita selalu menuruti apa saja yang yang
diinginkan oleh mulut, sehingga kita makan
secara berlebihan tanpa mempedulikan apakah
makanan itu halal atau haram, thayib atau tidak.
Untuk mengatasi masalah tersebut Allah telah
memberikan jalan keluarnya yaitu agar setiap
lelaki atau suami selalu mengendalikan dan
memimpin wanita atau istri-istrinya atau hawa
nafsunya yang terdapat pada telinga, mata hidung
dan mulut.
.
“Lelaki adalah pemimpin atas para wanita
karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita)…..”. (QS An Nisa 4 : 34)
.
Siapakah sang suami atau lelaki secara
hakekat ?
.
Secara hakikat syimbol “suami atau lelaki” adalah
jari-jari tangan kita. Hanya jari-jari tangan kitalah
yang dapat mengendalikan hawa nafsu atau
keinginan yang berlebihan yang timbul dari ke
empat istri kita yaitu telinga, mata, hidung dan
mulut, dengan cara mengihramkan (melarang)
mereka untuk beraktifitas seperti yang
diisyaratkan dalam gerakan takbiratul ihram
dalam setiap awal ibadah shalat.
Ketika keinginan untuk mendengar, melihat,
mencium dan mungucap atau mengecap sudah
sangat berlebihan, maka satu-satunya cara untuk
menghentikannya adalah dengan menutup
lubang-lubang inderawi tersebut dengan jari-jari
tangan kita, dengan gerakan takbiratul ihram
(takbir larangan).
Dengan tertutupnya lubang-lubang inderawi kita
maka secara berangsur-angsur keinginan hawa
nafsu dari para istri mulai menghilang.
Gerakan takbiratul ihram secara syimbolis juga
mengisyaratkan hubungan antara “pernikahan
atau perkawinan” syimbol kelakian yaitu jari-jari
tangan, dengan syimbol kewanitaan yaitu lubang-
lubang inderawi, dengan proses pertemuan
dengan Allah, seperti yang diisyaratkan dalam
firman-Nya :
.
“Istri-istrimu adalah seperti ladang (tempat
bercocok tanam) bagimu, maka datangilah
ladangmu (tempat bercocok tanammu)
sebagaimana kamu sukai dan buatlah kebaikan
untuk dirimu dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya kamu akan menemui-Nya dan
sampaikanlah kabar gembira ini untuk orang-
orang yang beriman”. (QS Al Baqarah 2 : 223)
.
Ayat tersebut apabila ditafsirkan secara
syimbolis, akan mempunyai arti sebagai berikut :
.
Pertama :
Kata “istri-istri” dalam ayat tersebut mempunyai
makna syimbolis tujuh lubang inderawi yang
berada di kepala manusia. Sedangkan kata ganti
kamu, pada ayat tersebut mempunyai makna
syimbolis sepuluh jari tangan manusia.
.
Kedua :
Pada ayat tersebut terdapat kalimat
“Perempuan-perempuan (istri-istri) kamu adalah
ladang bagi kamu. Maka datangilah ladangmu
sebagaimana kamu kehendaki”.
Kalimat tersebut mempunyai arti syimbolis bahwa
ketujuh lubang inderawi kita adalah ladang bagi
sepuluh jari tangan. (Ladang adalah tempat
untuk bercocok tanam, apabila tempat itu cocok
untuk ditanam dengan satu jenis tanaman
tertentu maka ditanamlah tanaman tersebut).
Hal ini berarti tujuh lubang inderawi yang ada di
kepala adalah tempat yang cocok bagi jari-jari
tangan untuk ditanamkan di lubang-lubang
tersebut sesuai dengan keinginan kita. Bagaimana
mencocokkannya, silahkan tanya kepada ahlinya.
.
Ketiga :
Pada ayat tersebut juga terdapat kalimat
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu akan
menemui-Nya”.
Kalimat ini mempunyai arti simbolis, bahwa
ketika jari-jari tangan sudah ditanamkan ke
dalam lubang-lubang inderawi maka dalam posisi
demikian sesungguhnya kita sedang melakukan
prosesi untuk bertemu dengan Allah.
Jadi prosesi menemui Allah dapat terjadi ketika
simbol kelakian (jari-jari tangan) dipertemukan
dengan symbol kewanitaan yaitu lubang-lubang
inderawi. Inilah yang dimaksud dengan hakikat
pernikahan “Bil yad” (pernikahan dengan
mempergunakan tangan) atau “sirri” atau
“rahasia”, yaitu pernikahan yang bersifat rahasia
antara jari-jari tangan dengan lubang inderawi
yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
.
Keempat :
Pada akhir ayat tersebut terdapat kalimat
“Dan sampaikanlah berita gembira ini kepada
orang-orang yang beriman”.
Kalimat ini mempunyai arti simbolis bahwa
prosesi menemui Allah yang diisyaratkan dalam
surat tersebut harus disebarluaskan kepada
orang-orang yang beriman sebagai kabar
gembira, agar mereka dapat mengetahui dan
melaksanakan tatacara menemui Allah tersebut
selagi mereka masih hidup di atas dunia.
..

Ahad, 21 Disember 2014

Hukum Sambutan Maulidur Rasul

Hukum Sambutan Maulidur Rasul
ﺑِﺴۡﻢِ ﭐﻟﻠﻪِ ﭐﻟﺮَّﺣۡﻤَـٰﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِﻴﻢِ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻭَﺳَﻠِّﻢْ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ
Objektif diadakan sambutan Maulidur Rasul ialah
untuk mengembalikan ingatan kita umat akhir
zaman terhadap junjungan besar kita Muhammad
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Dengan
mengingatinya akan menambahkan lagi perasaan
cinta kasih kepadanya serta mengenang,
menghargai serta mengambil iktibar kisah suka
duka perjuangannya.
.
Upacara sambutan Maulidur Rasul adalah harus
selagi ia tidak melibatkan unsur-unsur
pembaziran dan tiada aktiviti yang melanggar
syariat. Malah jika perisian sambutan itu ada
unsur ilmu dan ibadah ia tetap diberi ganjaran
pahala oleh Allah Subhanahu Wa Taala.
Adalah tidak tepat pendapat yang mengatakan
bahawa sambutan Maulidur Rasul adalah bid’ah
dhalalah dan bertentangan dengan syariat.
.
Upacara memperingati hari kelahiran Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam ini telah dilakukan
sejak 300 tahun sesudah Rasulullah wafat.
Diantara pembesar yang menganjurkan sambutan
ini ialah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa `id Kaukabri
ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. w.630
H.), penguasa Irbil, Iraq. Dan seterusnya ia terus
berkembang sehinggalah sekarang.
.
Menurut Imam Al-Suyuthi tercatat sebagai raja
pertama yang memperingati hari kelahiran
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam ini dengan
perayaan yang meriah luar biasa. Tidak kurang
dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas
untuk bersedekah pada hari peringatan maulid
Nabi atau juga disebut milad Nabi.
.
Imam Al-Hafidz Ibnu Wajih menyusun kitab
maulid yang berjudul “Al-Tanwir fi Maulidi al-
Basyir al-Nadzir” . Konon kitab ini adalah kitab
maulid pertama yang disusun oleh ulama.
.
.
Pendapat Ulama dan Mengenai Perayaan
Maulidur Rasul
Undang-undang perayaan maulid telah menjadi
topik perdebatan para ulama sejak lama dalam
sejarah Islam, iaitu antara kalangan yang
membenarkan dan yang melarangnya kerana
dianggap bid’ah .
.
Untuk lebih jelas mengenai duduk persoalan
undang-undang maulid ini, ada baiknya kita
mentelaah sejarah pemikiran Islam tentang
peringatan maulid ini dari pendapat para ulama
terdahulu. Tentu saja tulisan ini tidak
mengandungi semua pendapat ulama Islam, tetapi
cukup ulama dominan yang boleh dijadikan
rujukan untuk membuat sebuah peta pemikiran.
.
Di antara ulamak besar yang mengatakan
bahawa sambutan Maulidur Rasul ini adalah
harus dan digalakkan ialah;
.
1. Said Ahmad Zaini Dahlan dalam kitabnya
`Siratun Nabawiyah ’. Antara lain beliau
menyatakan bahawa; “masyarakat telah terbiasa
berdiri tegak ketika mendengar riwayat kelahiran
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Berdiri
tegak menghormati kelahiran baginda adalah baik
dan cara-cara seperti ini telah ditiru oleh cerdik
cendikiawan lainnya.”
.
2. Imam Jalaluddin As-Sayut i lebih jauh
menerangkan dalam kitabnya `Al-Wasail Fi
Syarhisy Syamail’, menyatakan; “Apabila
diadakan peringatan Maulidur Rasul di sebuah
rumah, masjid atau tempat lain maka malaikat
mengawal dan mengawasi tempat tersebut
sampai upacara selesai dan semua hadhirin
mendapat rahmat dari Allah subhanahu wa
taala.”
.
3. Ust. Hj. Harun Muhammad Al-Kelantani
(1953) dalam kitabnya Senjata Syariat, Pakaian
Ahli Sunnah Wal Jamaah menyatakan bahawa,
“Dapat pahala bagi orang yang berdiri yang
adalah niat mereka membesarkan Nabi
Shalallahu ‘alaihi wasalam.”
.
4. Al-Hafidz al-Iraqi dalam kitab Syarh Mawahib
Ladunniyah mengatakan: “Melakukan perayaan,
memberi makan orang disunnahkan tiap waktu,
apalagi kalau itu disertai dengan rasa gembira
dan senang dengan kehadiran Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam pada hari dan bulan
itu. Tidaklah sesuatu yang bid’ah selalu makruh
dan dilarang, banyak sekali bid’ah yang
disunnahkan dan bahkan diwajibkan.”
.
5. Ibnu Hajar al-Haithami berpendapat: “Bid’ah
yang baik itu sunnah dilakukan, begitu juga
memperingati hari maulid Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasalam.”
.
6. Imam Suyuti berkata: “Menurut saya asal
perayaan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam,
iaitu manusia berkumpul, membaca al-Quran dan
kisah-kisah teladan Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasalam sejak kelahirannya sampai perjalanan
hidupnya. Kemudian dihidangkan makanan yang
dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang.
Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu
tergolong bid’ah hasanah. Orang yang
melakukannya diberi pahala kerana
mengagungkan darjat Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasalam, menampakkan suka cita dan
kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhamad
Shalallahu ‘alaihi wasalam yang mulia.”
.
7. Syeh Azhar Husnain Muhammad Makhluf
berkata: “Menghidupkan malam maulid nabi dan
malam-malam bulan Rabiul Awal ini adalah
dengan memperbanyak zikir kepada Allah,
memperbanyak syukur dengan nikmat-nikmat
yang diturunkan termasuk nikmat dilahirkannya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam di alam
dunia ini. Memperingatinya sebaiknya dengan
cara yang santun dan khusyuk’ dan menjauhi hal-
hal yang dilarang agama seperti amalan-amalan
bid’ah dan kemungkaran. Dan termasuk cara
bersyukur adalah menyantuni orang-orang susah,
menjalin silaturrahim. Cara itu walaupun tidak
dilakukan pada zaman Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wasalam dan tidak juga pada masa salaf
terdahulu tetapi baik untuk dilakukan termasuk
sunnah hasanah .”
.
8. Pendapat Abu Shamah (guru Imam Nawawi)
menyatakan: “Termasuk yang hal baru yang baik
dilakukan pada zaman ini adalah apa yang
dilakukan setiap tahun bertepatan pada hari
kelahiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
dengan memberi sedekah dan kebaikan,
menunjukkan rasa gembira dan bahagia,
sesungguhnya itu semua ini yang membantu fakir
miskin adalah tanda kecintaan kepada Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam dan penghormatan
kepada beliau, begitu juga merupakan bentuk
syukur kepada Allah atas diutusnya Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam kepada seluruh alam
semesta.”
.
9. Pendapat Ibnu Taymiyah
.
Ibnu Taymiyah dalam kitab Iqtidla’-us-Syirat al-
Mustaqim (2/83-85) mengatakan: “Rasululullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam telah melakukan
kejadian-kejadian penting dalam sejarah beliau,
seperti khutbah-khutbah dan perjanjian-perjanjian
beliau pada hari Badar, Hunain, Khandaq,
pembukaan Makkah, Hijrah, Masuk Madinah.
Tidak seharusnya hari-hari itu dijadikan hari raya,
kerana yang melakukan seperti itu adalah umat
Nasrani atau Yahudi yang menjadikan semua
kejadian Isa hari raya. Hari raya merupakan
sebahagian dari syariat, apa yang disyariatkan
itulah yang diikuti, kalau tidak maka telah
membuat sesuatu yang baru dalam agama. Maka
apa yang dilakukan orang memperingati maulid,
antara mengikuti tradisi Nasrani yang
memperingati kelahiran Isa, atau kerana cinta
Rasulullah. Allah mungkin akan memberi pahala
atas kecintaan dan ijtihad itu, tapi tidak atas
bid’ah dengan menjadikan maulid nabi sebagai
hari raya. Orang-orang salaf tidak melakukan itu
padahal mereka lebih mencintai rasul.”
.
Namun dalam bahagian lain di kitab tersebut,
Ibnu Taymiyah menambah: “Merayakan maulid
dan menjadikannya sebagai kegiatan rutin dalam
setahun yang telah dilakukan oleh orang-orang,
akan mendapatkan pahala yang besar sebab
tujuannya baik dan mengagungkan Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam. Seperti yang telah
saya jelaskan, kadang-kadang sesuatu itu baik
bagi satu kalangan orang, padahal itu dianggap
kurang baik oleh kalangan mu’min yang ketat.
Suatu hari pernah ditanya kepada Imam Ahmad
tentang tindakan salah seorang pegawai yang
menyedekahkan wang 100 dinar untuk membuat
mushaf Quran, beliau menjawab: “Biarkan saja,
itu cara terbaik bagi dia untuk menyedekahkan
emasnya”. Padahal mazhab Imam Ahmad
mengatakan bahawa menghiasi Qur’an hukumnya
makruh. Tujuan Imam Ahmad adalah bahawa
pekerjaan itu ada maslahah dan ada
mafsadahnya juga, maka dimakruhkan, akan
tetapi apabila tidak dibenarkan, mereka itu akan
membelanjakan wangnya untuk kerosakan, seperti
membeli buku porno dan sebagainya.”
.
Fahamilah dengan cerdas hakikat agama, lihatlah
permasalahan dalam setiap pekerjaan dan
kerosakannya, sehingga kamu mengetahui
peringkat kebaikan dan keburukan, sehingga pada
saat terdesak anda boleh memilih mana yang
paling penting, inilah hakikat ilmu yang diajarkan
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam.
Membezakan jenis kebaikan, jenis keburukan dan
jenis dalil itu lebih mudah. Sedangkan
mengetahui peringkat kebaikan, peringkat
keburukan dan peringkat dalil itu pekerjaan para
ulama.
.
.
Seterusnya Ibnu Taymiyah menjelaskan peringkat
amal soleh itu ada tiga.
.
Pertama, Amal soleh yang masyru’ (diajarkan)
dan di dalamnya tidak ada kemakruhan
sedikitpun. Inilah sunnah murni dan hakiki yang
wajib dipelajari dan diajarkan dan inilah amalan
orang soleh terdahulu dari zaman muhajirin dan
anshor dan pengikutnya.
.
Kedua, Amal soleh dari satu sisi, atau sebahagian
besar sisinya mengandungi amal soleh seperti
tujuannya misalnya, atau mungkin amal itu
mengandungi pekerjaan baik. Amalan-amalan ini
banyak sekali ditemui pada orang-orang yang
mengaku golongan agama dan ibadah dan dari
orang-orang awam juga. Mereka itu lebih baik
dari orang yang sama sekali tidak melakukan
amal soleh, lebih baik juga daripada orang yang
tidak beramal sama sekali dan lebih baik daripada
orang yang amalannya dosa seperti kafir, dusta,
khianat, dan bodoh.
.
Orang yang beribadah dengan ibadah yang
mengandungi larangan seperti berpuasa lebih
sehari tanpa buka (wisal), meninggalkan
kenikmatan tertentu (mubah yang tidak dilarang),
atau menghidupkan malam tertentu yang tidak
perlu dikhususkan seperti malam pertama bulan
Rejab, kadang-kadang mereka itu lebih baik dari
pada orang pengangguran yang malas beribadah
dan melakukan ketaatan agama. Bahkan ramai
orang yang membenci amalan-amalan seperti ini,
ternyata mereka itu kedekut dalam melakukan
ibadah, dalam mengamalkan ilmu, beramal soleh,
tidak suka kepada amalan dan tidak simpati
kepadanya, tetapi tidak juga menghantarkannya
kepada kebaikan, misalnya menggunakan
kemampuannya untuk kebaikan. Mereka ini
tingkah lakunya meninggalkan hal yang masyru’
(dianjurkan agama) dan yang tidak
masyru’ (yang tidak dianjurkan agama), akan
tetapi sebutan dan perkatannya menentang yang
tidak masyru’ .
.
Ketiga, Amalan yang sama sekali tidak
mengandungi kebaikan, kerana meninggalkan
kebaikan atau mengandungi perkara yang dilarang
agama. (Ini hukumnya jelas).
.
.
10. Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitab Fatawa
Kubro menjelaskan: “Asal melakukan maulid
adalah bid’ah, tidak diriwayatkan dari ulama salaf
dalam tiga abad pertama, akan tetapi di
dalamnya terkandung kebaikan-kebaikan dan juga
kesalahan-kesalahan. Sesiapa melakukan
kebaikan di dalamnya dan menjauhi kesalahan-
kesalahan, maka ia telah melakukan bid’ah yang
baik (bid’ah hasanah). Saya telah melihat
landasan yang kuat dalam hadis sahih Bukhari
dan Muslim bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasalam datang ke Madinah, beliau mendapati
orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura, maka
beliau bertanya kepada mereka, dan mereka
menjawab: “Itu hari di mana Allah
menenggelamkan Firaun, menyelamatkan Musa,
kami berpuasa untuk mensyukuri itu semua. Dari
situ dapat diambil kesimpulan bahawa boleh
melakukan syukur pada hari tertentu di situ
berlaku nikmat yang besar atau terjadi
penyelamatan dari mara bahaya dan dilakukan
itu tiap bertepatan pada hari itu. Syukur boleh
dilakukan dengan pelbagai macam ibadah,
seperti sujud, puasa, sedekah, membaca al-
Quran dll. Apa nikmat yang paling besar selain
kehadiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
di muka bumi ini. Maka sebaiknya merayakan
maulid dengan melakukan syukur berupa
membaca Qur’an, memberi makan fakir miskin,
menceritakan keutamaan dan kebaikan
Rauslullah yang boleh menggerakkan hati untuk
berbuat baik dan amal soleh. Adapun yang
dilakukan dengan mendengar muzik dan bermain
alat muzik, maka hukumnya dikembalikan
kepada hukum pekerjaan itu, kalau itu mubah
maka hukumnya mubah, kalau itu haram maka
hukumnya haram dan kalau itu kurang baik
maka begitu seterusnya.”
.
11. Seorang ulama Turkmenistan Mubasshir al-
Thirazi mengatakan: “Mengadakan perayaan
maulid Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wasalam saat ini boleh jadi merupakan kewajipan
yang perlu kita laksanakan, untuk mengatasi
perayaan-perayaan kotor yang sekarang ini
sangat banyak kita dapati di masyarakat.”
.
.
Dalil-dalil yang membenarkan melakukan
perayaan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi
wasalam:
1. Anjuran bergembira atas rahmat dan kurnia
Allah kepada kita. Allah SWT berfirman:
ﻗُﻞْ ﺑِﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺑِﺮَﺣْﻤَﺘِﻪِ ﻓَﺒِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻠْﻴَﻔْﺮَﺣُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِّﻤَّﺎ
ﻳَﺠْﻤَﻌُﻮﻥَ
“Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-
Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih
baik dari apa yang mereka
kumpulkan.” (QS.Yunus: 58).
.
2. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam sendiri
mensyukuri atas kelahirannya. Dalam sebuah
Hadis dinyatakan:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻗَﺘَﺎﺩَﺓَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻱِّ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ: ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ
ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺈِﺛْﻨَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻓِﻴْﻪِ
ﻭُﻟِﺪْﺕُ ﻭَﻓِﻴْﻪِ ﺃُﻧْﺰِﻝَ ﻋَﻠَﻲَّ . ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ
Dari Abi Qatadah al-Anshori RA sesungguhnya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pernah
ditanya mengenai puasa hari Isnin. Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab: “Pada hari
itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan
kepadaku.” (HR Muslim, Abud Daud, Tirmidzi,
Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, Ibnu Abi Syaibah dan Baghawi).
.
3. Diriwayatkan dari Imam Bukhari bahawa Abu
Lahab setiap hari Isnin diringankan seksanya
dengan sebab memerdekakan budak Tsuwaybah
sebagai ungkapan kegembiraannya atas kelahiran
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam. Jika Abu
Lahab yang bukan muslim dan al-Quran jelas
mencelanya, diringankan seksanya lantaran
ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam, maka bagaimana
dengan orang yang beragama Islam yang gembira
dengan kelahiran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasalam.
.
.
Kesimpulan Hukum Meraikan Maulidur Rasul
.
Walaupun sambutan Maulidur Rasul ini adalah
satu adat sahaja tapi ia adalah adat yang bersifat
ibadah dan wajar diteruskan daripada
membiarkan hari-hari berlalu dengan kelekaan
duniawi.
.
Kita juga dianjurkan untuk meningkatkan amalan-
amalan fardu dan sunat tanpa mengira masa dan
di bulan manapun di sepanjang tahun. Dalam
mengerjakan sesuatu amalan, kualiti ibadah juga
perlulah diambil kira. Niat dan keikhlasan
mempunyai pengaruh yang amat besar dalam
menentukan nilai ibadah kita. Diantara syarat
sesuatu ibadah itu diterima ialah niat.
.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam sendiri
dalam sebuah haditsnya pernah bersabda.
ﻋَﻦْ ﺃَﻣِﻴْﺮِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﺃَﺑِﻲْ ﺣَﻔْﺺٍ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦِ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﺭَﺿِﻲَ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ : ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻳَﻘُﻮْﻝُ : ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ .
ﻓَﻤَﻦْ ﻛﺎﻥ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ
ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ .
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al
Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya
mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam
bersabda : “Sesungguhnya setiap perbuatan
(amal) bergantung niatnya. Dan sesungguhnya
setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa
yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena
(ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-
Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah
dan Rasul-Nya.”
.
Niat itu akan menggambarkan keikhlasan. Kerja
yang ikhlas akan membawa kepada
kesempurnaan dan kepuasan yang seterusnya
akan menghasilkan ketenangan dunia dan akhirat.
.
Moga kita sama-sama dapat meningkatkan
amalan ibadat agar mempunyai bekalan untuk
dibawa ke perkampungan Akhirat kelak,
InsyaAllah.
.
.
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ
Wallahu A’lam bishowab
(Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)
.
.
.
ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﺒﻜﻢ ﻭ ﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﺑﺮﻛﺎﺗﻪ

Label: